Menjawab Isu Kesetaraan: PSGA Dan PSPA Universitas Islam Tribakti Mengadakan Seminar Diskursus Gender Di Tribakti
PSGA- Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) bersama dengan Pusat studi pesantren dan Aswaja (PSPA) Universitas Islam Tribakti (UIT) mengadakan acara seminar yang bertajuk Diskursus Gender di Lingkungan Pesantren : Menjawab isu isu kesetaraan. Seminar ini berlangsung di Aula Makrus Aly mulai pukul 11.00 – 13.30 WIB. Senin, 13 Maret 2023.
Amalia Rosyadi putri, M.Med.Kom Ketua Panitia Acara yg juga ketua PSGA UIT Lirboyo menyatakan acara ini sangat perlu diselenggarakan untuk membuka cakrawala mahasiswi dan santri untuk meningkatkan kapasitas diri agar bisa bermanfaat & action di masyarakat luas. Mendorong mahasiswa untuk mengangkat tema – tema gender dalam tugas akhir kuliah atau skripsi.
Sambutan sekaligus pembukaan acara secara resmi dilakukan oleh wakil rektor II, Dr. Ahmad Jauhar Fuad, M. Pd. Dalam sambutannya beliau mengatakan out put dari acara ini bagi dosen harus menghasilkan artikel dan penelitian bertema gender dan pesantren. Hadir jurnal khusus Studi Gender & Studi Pesantren, karena Tribakti adalah kampus dengan basic pesantren. Doa dipimpin oleh Kepala PJM (Pusat Jaminan Mutu( KH. Halim Mustofa, M.HI.
Setelah opening cermonial selesai acara seminar langsung dimulai. Pemaparan materi yang pertama oleh ibu Dewi Mariya Ulfa, S.T. yang merupakan Wakil Bupati Kediri sebagai pengantar pada acara tersebut.
Dewi Maria Ulfa, S.T dalam seminar tersebut mengutarakan bahwa memang hari ini perempuan terutama santri putri butuh disupport semangatnya kepercayaan dirinya untuk berkhidmah di masyarakat lewat jalur politik, karena fakta dilapangan hari ini mengatakan bahwa merayu perempuan untuk berani menujukkan diri itu tidak mudah, seperti yang dialami oleh istri dari bupati Kediri itu sendiri, yang merupakan seorang yang baru terjun diranah perpolitikan.
Sebelumnya disampaikan oleh moderator bahwa data yang ditemukan dalam keterwakilan peran perempuan di parlemen Kota Kediri dan di Kabupaten Kediri masih terdapat selisih yang signifikan. Kota kediri menduduki angka 36% sedangkan di Kabupaten Kediri masih menduduki angka 22%. yang berarti dari 50 anggota DPRD Kediri terdapat 11 keterwakilan dari perempuan. Seperti yang dikatakan pemateri pertama tersebut “Kabupaten Kediri dari 50 anggota DPRD itu Masih 11 perempuannya, belum ada 30% keterwakilan perempuan.
Bu Wabup menambahkan yaitu “Ketika kita ingin menjadi wanita yang berkontribusi lebih untuk lingkungan masyarakat maupun negara adalah bukan dengan menjauhi sistem akan tetapi kita masuk kedalam sistem itu sendiri karana kalau kita tidak mencoba kita tidak akan pernah tau bagaimana tantangan bagaimana masalah kita harus mengahdapi masalah tersebut.”
Pemateri kedua & ketiga adalah gus Agus Ahmad Kafabihi Mahrus dan Ning Sheila Hasina Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
Gus Ahmad menyampaikan “perempuan bisa menjadi apa yang ia ingkinkan asal kan tidak keluar dari ajaran islam dan norma norma nya sebagai seorang perempuan”.
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ
Beliau juga menambahkan “Mereka laki laki dan perempuan sama sma memilki kesempatan untuk mendaptkan amal yg baik, sama sama memiliki kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, la ini adalah norma norma al quran yg sangat menjunjung tinggi tentang kesetaraan gender itu sendiri tapi dalam hal ini jgn sampai pola feminisme ini membuat seorang perempuan semakin leluasa semakin arogan dalam langkahnya, tetap lah mengetahui dia sbg kodrat, selamanya perempuan tidak akan sama dengan laki laki,
وَ لَيۡسَ الذَّكَرُ كَالۡاُنۡثٰىۚ, tidak akan sama ya, kalau prempuan pgn disamakan dengan laki laki ya… alquran sdh menge nash kan dlm ayat tsbt, mau bagaimanapun ia tidak akan sama dg laki laki maka dlm hal ini lah perlu nya antara perempuan dan laki laki saling bersinergi jagn mnntut haq jgn menuntut kebenaran tapi saling menghargai satu sama lain agar tercipta yang namanya keselamatan masing masing. “
Sheila Hasinan yang merupakan putri keturunan dari salah satu masayikh Pondok Pesantran Lirboyo Jawa Timur, KH Zamzami Mahrus dan Nyai Hj Hannah Zamzami. Ning Sheila menyampaikan materinya yang bertemakan menjawab isu isu mesoginis santri ketimpangan relasi laki laki dan perempuan dilingkuangamn pondoik pesantren ditinjau dari perspektif dari pengasuh pondok pesantren.
Neng Sheilla mengatakan bahwa “ perempuan mengapa ada gerakan feminisme karena perempuan itu bukan minta kesetaraan secara mutlak tapi karena ingin dihormati” karena kebanyakan dari seorang perempuan itu atau dari pelopor gerakan feminisme yang ada dipesantren itu awalnya bukan karena mereka tidak tau hukum , tapi banyak dari laki- laki juga merupakan kewajibannya sehingga mengakibatkan KDRT terhadap perempuannya. Tambahnya yang merupakan istri dari Gus Ahmad tersebut.
Di akhir acara diadakan pemberian cinderamata oleh ketua PSGA UIT kepada Ning Sheila dan Wakil Bupati Kediri, sementara kepala LP3M Dr. Zaenal arifin Bu memberikan cinderamata kepada Gus Ahmad dan memberikan buku dari tim LP3M kepada mbak Wabup dilanjutkan dengan foto bersama para peserta (AR)
Rapat Tinjauan Manajemen UIT Lirboyo Kediri 2024
22 August 2024
Comments are closed.
Recommended
-
Hari Santri Dosen dan Mahasiswa dihimbau Memakai Sarung
22 October 2017 -
The 1st International Conference On Islamic Studies
22 August 2019