EMPAT SUARA DOSEN UIT LIRBOYO KEDIRI BERGEMA PEMIKIRAN MODERASI BERAGAMA DALAM AnCoMS 2023

0
381

SURABAYA_Annual Conference For Muslim Scholars atau yang akrab disebut ANCOMS merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Kopertais IV Jawa Timur untuk mewadahi keresahan intelektual para akademisi dalam bidang Tridharma Perguruan Tinggi. Mengingat tidak dapat dipungkiri apabila dalam menjalankan tugasnya ditiga bidang tersebut para dosen di lingkungan Jawa Bali dan NTB memiliki dinamika masing-masing yang mendorong pergulatan pemikirannya. Dan sebagai akademisi, gesekan apa yang menjadi cita-cita dan apa yang ada dalam realita menghasilkan sebuah dialektika positif untuk merangsang nalar kritisnya bertumbuh kembang menghasilkan inovasi pemikiran yang luas. Berikut tema yang akan dipresentasikan oleh akademisi cendekiawan muslim Nasional dan Internasional; 1) Islamic Education, 2) Islamic Law, 3) Islamic Thought, 4) Islamic Communication, 5) Islamic Social Culture, 6) Islamic Economic, 7) Islamic Multidiciplines. dimana tema tersebut menghasilkan hasil riset yang kaya manfaat.

Berawal dari keresahan para akademisi tentu berbeda dengan keresahan para pedagang maupun petani misalnya. Keresahan akademisi sebagai bentuk pencarian formulasi sekaligus jawaban atas problematika yang ada dirumuskan detil dan seksama berbasis kapital intelektualnya. Sehingga tidak mengherankan apabila dosen sebagai salah satu akademisi memiliki puluhan tulisan disetiap tahunnya sebagai upaya reflektif dan mencari solusi atas apa yang telah dilakukannya. Tulisan-tulisan tersebut dapat mewujud kertas kerja, desain riset, maupun artikel yang memiliki unsur kebaharuan berbasis antitesa yang dimunculkannya dalam menjawab sebuah masalah general dalam riset.

AnCoMS ke-V dengan tema Local Culture Values and Religious Moderation yang diselenggarakan mulai 20-21 Nopember 2023 mencoba mengajak para akademisi baik dalam maupun luar negeri dan khususnya di wilayah Kopertais IV untuk memunculkan nilai-nilai lokal atau kearifan lokal yang mendukung konsep moderasi beragama. Mengingat berbicara moderasi beragama di Indonesia berbeda dengan negara lain dimana kemajemukan merupakan kapital sosial yang bisa menjadi potensi sekaligus ancaman serius. Untungnya dibeberapa daerah Indonesia masyarakat memiliki spirit kearifan lokal yang mampu menjaga keseimbangan pendulum moderasi tanpa harus menunggu ditetapkannya kebijakan dari pemerintah. Nilai-nilai moderasi dan juga model moderasi beragama pada masyarakat sebagai sebuah habituasi sosial berusaha ditangkap oleh penyelenggara agar desain dan konsepsi tentang Moderasi Beragama yang sudah dicanangkan dan ditetapkan oleh pemerintah bukan sekedar kebijakan yang tidak berakar, namun merupakan buah dari perenungan yang mendalam berbasis realitas kebhinnekaan Indonesia.

Dr. Azhaar Ibrahim Alwee dari dari National University of Singapore menjelaskan bahwa dalam petatah petitih masyarakat rumpun Melayu terdapat banyak nilai hidup yang mengajarkan manusia untuk bersikap moderat. Adapun petatah petitih bisa dijelaskan sebagai kalimat atau ungkapan yang mengandung pengertian yang dalam, luas, tepat, halus dan kiasan (Djamaris, 2002). Petatah petitih mengandung nasehat, memuat ajaran kebaikan dari orang tua. Dimana dalam tradisi Melayu hal tersebut merupakan salah satu nilai yang membentuk karakter. Tiga hal utama yang mendukung moderasi bisa berjalan dan bertahan adalah pertama, adanya nilai dari dalam diri masyarakat yang itu menjadi benteng identitas. Kedua proses transformasi dan transfer nilai yang selalu ada. Dan ketiga adalah kepemimpinan yang mendukung moderasi. Dimana dalam hal ini menurut Dr. Azhaar Ibrahim memberikan penekanan kepada pemimpin adat dalam perspektif Melayu.

Prof. Abd. Kahar, Ph.D dari UINSA memberikan penekanan bahwa untuk memahami moderasi beragama selain daripada melihat banyaknya nilai dalam masyarakat, perlu juga memahami tulisan fiksi yang beredar untuk memotret dengan utuh bagaimana moderasi tersebut ada di masyarakat. Mengingat pendulum moderasi karena sebuah dialektika bisa saja bergeser ke kanan dan kekiri untuk mencari posisi yang baik dan seimbang. Sehingga diperlukan kematangan dari berbagai aspek dalam diri masyarakat khususnya intelektual agar tidak terjebak dalam memahami dan menyusun bagaimana moderasi sebenarnya.

Kedua pemateri utama dalam ANCOMS sepakat melihat bahwa sastra memainkan peran utama dalam meletakkan dasar-dasar moderasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam petatah petitih menurut Dr. Azhar Ibrahim Alwee, yang banyak dipahami sebagai sastra lisan pada masyarakat Melayu kuat erat digenggam mengingat dalam petatah petitih merupakan sintesis dari nilai agama dan adat. Pada sastra modern dalam bentuk novel, Prof. Abd. Kahar Ph.D menjelaskan banyak sekali nuansa mencari keseimbangan dalam diri manusia, adanya proses adaptasi, proses pencarian identitas yang pada akhirnya membentuk seseorang untuk bisa dan bersikap moderat atas perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Empat dosen Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri yaitu Dr. Tri Prasetya Utomo, M.Pd.I, Dr. Marita Lailia Rahman, M.Pd.I, Dr. Moh. Irmawan Jauhari, M.Pd.I, dan Lailatul Zuhriyah, M.Pd.I, berpartisipasi dalam kegiatan tersebut untuk turut berkontribusi dalam langkah konstruktif memahami realitas moderasi yang sudah ada di Indonesia. Dimana wilayah yang diambil sebagai bidikan fenomena moderasi beragama terbagi dalam sekolah sebagai bentuk pendidikan formal dan ruang sosial dalam masyarakat sebagai pendidikan informal dalam masyarakat. Semuanya menyampaikan bahwa memahami moderasi beragama yang dikaitkan dengan nilai lokal. ditopang oleh proses dalam dunia pendidikan yang baik, kurikulum yang bertujuan dan memuat nilai moderasi, akan sanggup untuk menjaga keharmonisan dan kemajemukan yang ada di Indonesia. Keempatnya juga mengalami proses diskusi panjang untuk mempertemukan persepsi, memahami sudut pandang author lain, dan juga untuk saling melengkapi dari kepingan puzzle moderasi beragama yang ditawarkan masyarakat dalam ruang manapun.

D

Dr. Tri Prasetiyo Utomo, M.Pd.I. dengan tema, Pengembangan Kurikulum Rekonstruksi Sosial Berbasis Moderasi Beragama di Madrasah Aliah se-Jawa Timur.

Dr. Marita Lailia Rahman, M.Pd.I. Mengekporasikan “Penguatan Moderasi Beragama Berbasis kearifan lokal di Sekolah Dasar.”

Dr. Irmawan Jauhari, dengan tema Konstruksi Sikap Moderat Berbasis Ruang Sosial di Desa Besowo Kepung Kediri.

 

Lailatul Zuhriyah, M.Pd. dengan tema, Analisis Konversi Agama Terhadap Deddy Corbuzier dan Onad’s

 

 

 

 

 

 

 

 

Dr. A. Jauhar Fuad, M.Pd selaku Warek II yang turut mengantarkan peserta ANCOMs dari Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri memberikan pesan bahwa, “kegiatan-kegiatan seperti ini akan lebih baik diikuti oleh seluruh dosen Tribakti dalam rangka mengasah ruang kognitif serta menambah relasi untuk kepentingan pribadi maupun kampus. Mengingat banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari event call for paper dalam bentuk apapun.”

Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.DIP.SEA., M.Phil. Ph. D. memberikan motivasi pentingnya mencapai puncaknya karir secara maksimal. Artinya, orientasi seorang dosen puncaknya karirnya adalah guru besar. Penting untuk diperhatikan bagi seorang dosen agar berhasil dan sukses dalam karirnya, yakni harus bertauhid dalam profesi, alias jangan syirik dalam profesi. Komitmen terhadap profesi dan tidak melakukan perbuatan syirik atas profesi menjadi jurus ampuh untuk mencapai puncak karir, apapun profesinya terutama dosen. Salah-satu bertauhid dalam karir, yakni konsisten terhadap rumpun atau bidang keilmuannya. Kemudian, Ia berpesan bahwa menjadi dosen harus setia pada pilihannya untuk selalu melakukan dan membuat tulisan. Dimana hal ini memang terasa sulit namun harus diupayakan untuk menjaga konsistensi menulis. Mengingat dengan menulis selain kita diakui sebagai akademisi yang benar-benar akademik juga “Menulislah agar diketahui Dunia.”

Comments are closed.