Datangkan Komisioner Komnas Perempuan, Mahasiswa UIT Lirboyo Ikuti Pelatihan Pemuda Pelopor GENSIA!

0
129

PSGA_Tak henti menggaungkan advokasi terkait gender, sosial inklusi & anak, Sarah & Vina (mahasiswa KPI) menjadi delegasi dalam Seminar Nasional bertajuk ‘Optimalisasi Budaya Berkeadilan Gender di Lembaga Pendidikan’ yang dihelat Pusat Studi Gender & Anak (PSGA), berkolaborasi dengan Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat IAIN Kediri. Diselenggarakan selama 2 hari di Auditorium Perpustakaan Lt. 4 IAIN Kediri.

Pelatihan tahap pertama digelar pada 20 September 2024. Rangkaian agenda ini dimulai lewat opening speech yang disampaikan oleh Prof. Dr. Sardjuningsih, M.Ag. Beliau menuturkan bahwa sebagai insan intelektual, kita tidak boleh acuh & harus ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ terhadap momok kekerasan seksual yang kerap mengintai, melalui peningkatan kesadaran tentang urgensi harkat & martabat/keberhargaan diri. Tegasnya kembali, “Kenalah kita menumbuhkan kesadaran baru supaya terwujud ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ท๐˜ช๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต yang adil & peradaban humanis. Bermula dari mana? Cara pandang/pola pikir itu yang lantas mengelaborasi perilaku kita.”

Hadir pada kesempatan tersebut Rektor IAIN Kediri, Dr. Wahidul Amin, M.Ag yang sekaligus memberikan sambutanya. Beliau mengharap, melalui Pelatihan GENSIA ini dapat menghantar pada komitmen ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฆ๐˜ฒ๐˜ถ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ต๐˜บ, yang tentu tidak cukup hanya dengan mengetahui & sadar akan konseptual gender, melainkan perlu perumusan yang komprehensif, yakni responsif gender dari seluruh kalangan/civitas. Kita harus berani menginisiasi model-model yang relevan dengan tantangan masa kini, menganulir ketidaksetaraan yang lampau menyusupi kultur masyarakat.

Problematika utama menyangkut isu gender lainnya, yaitu ‘disorientasi kepentingan.’ Seperti serombongan yang terhuyung tanpa proteksi & meski segala macam metodis spartan dilakukan, namun tak mudah memang. Inilah ๐˜ค๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ yang harus ditepis. Bahasan seputar patriarki dikuliti secara detail, adalah memposisikan laki-laki sebagai otoritas sentral, standar moralitas & kemaslahatanโ€”di mana kausalitasnya yakni subordinasi, marginalisasi, ๐˜ท๐˜ช๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ, beban ganda, dsb. Hal tersebut dijelaskan langsung oleh Komisioner Komnas Perempuan, Dr. Imam Nahe’i, M.H.I. yang dikemas dengan menyuguhkan nash & dalil yang terkorelasi terhadap substansi berjudul ‘Gender dalam Islam (Relasi Gender perspektif Agama & Budaya)’, “Akar patriarki berasal dari mitos yang diyakini sebagai fakta ideal & menjadikan peran gender yang dapat dipertukarkan sebagai kodrat yang selalu melekat. Bagaimana mengurainya? Beberapa hal, di antaranya: (1) membangun narasi alternatif melalui penguatan literasi, konten digital; (2) mengoptimalkan gerakan-gerakan budaya lewat ๐˜ค๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ช๐˜จ๐˜ฏ; (3) mengesahkan ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ง๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฎ yang kondusif bagi perempuan & mencegah lahirnya kebijakan diskriminatif. Pun, kasuistik bias gender yang terjadi di masyarakat & solusi Akses Partisipasi Kontrol & Manfaat (APKM) yang ter-๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ญ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ sebagai kunci indikator adil gender, tidak luput menjadi materi yang menarik.

Rekan-rekan mahasiswa dari berbagai kampus di Kediri; perwakilan dari SMA/MA sederajat disertai naradamping (baik guru maupun pimpinan masing-masing), dsb pun turut membersamai euforia hari itu, kurang lebih dihadiri oleh 100 peserta.

Dilanjutkan narasumber berikutnya, yaitu Ibu Tatik Imadatus, M.Psi., Psikolog. Beliau memaparkan dampak psikologis pada korban kekerasan seksual, yang ditinjau dari segi Neuro-Psikologi. Konstruksi patriarki tak dinafikan sudah amat kental di masyarakat & bahkan mengakar dalam alam bawah sadar. Laki-laki dijustifikasi mempunyai ๐˜ฑ๐˜ณ๐˜ช๐˜ท๐˜ช๐˜ญ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ฆ lebih di dalam konstruksi masyarakat (re: superioritas) yang telah lama dibumbungkan, sehingga ๐˜ค๐˜ข๐˜ด๐˜ฆ yang beredar adalah dominan eksploitasi & kekerasan seksualโ€”otomatis timbul kondisi traumagenik & reviktimisasi. Refleksi dari Ibu Ima (sapanya demikian) di akhir sesi, “Renungkanlah wahai wanita, jangan lekas terbujuk rayu. Lindungi dirimu & apa yang Tuhan jaga darimu. Sampai tiba waktunya nanti, untuk seseorang yang telah dipilihkan-Nya mengarungi mahligai indah bersamamu.” sontak menggugah riuh audiens.

Keesokan harinya, 21 September 2024 Pelatihan GENSIA disambung dengan pemaparan oleh Ibu Solehati Nofitasari, M.H selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember, Dr. Nuril Hidayati, S.Fil.I., M.Hum (Dosen Filsafat IAIN Kediri) mengenai Stereotipe & Diskriminasi Gender dalam Pandangan Budaya, serta Ibu Lutfi Atmasari, M.Psi. selaku Dosen Psikologi Islam IAIN Kediri.

Selain penyampaian materi dari para narasumber, adendum lain yang terselenggara adalah follow up & diskusi dengan membentuk kelompok masing-masing 10-12 orang yang memperoleh instruksi untuk mengkaji isu gender di lingkungan sekitarnya, serta kemudian dipresentasikan. Dr. Nuril di sela diumumkannya best performance, beliau memantik, “Paradigma yang moderat bisa dicapai ketika kita mafhum tentang fundamen yang menekankan pada basis nilai-nilai kemanusiaan, kemitraan, keadilan-penghargaan sesuai dengan prinsip ajaran Islam yang ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ช๐˜ญโ€™๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ช๐˜ฏ.”

Penulis: Sarah Aqila

Editor: Amalia Rosyadi, M.Med.Kom

 

Comments are closed.